Langit Yang Menyapa Dengan Cahaya Baru



Langit yang Menyapa Dengan Cahaya Baru

Udara Dingin menusuk tulang di puncak Gunung Tai. Salju turun dengan kejam, menutupi segalanya dengan lapisan putih yang menyembunyikan noda merah… darah. Di tengah badai yang mengamuk, dua sosok berdiri. Lin Mei, dengan gaun merahnya yang compang-camping, kontras dengan salju putih di sekelilingnya. Di hadapannya, berdiri Zhang Wei, wajahnya keras seperti batu, matanya setajam belati. Dupa mengepul di antara mereka, aromanya pahit dan pedih, bercampur dengan bau anyir yang memuakkan.

"Wei," bisik Lin Mei, suaranya pecah. "Setelah semua ini… setelah semua yang kita lalui…"

Zhang Wei tidak menjawab. Angin menderu, membawa bersamanya bisikan masa lalu, janji-janji yang kini terasa seperti pengkhianatan. Mereka terikat, bukan hanya oleh cinta yang dulu membara, tetapi juga oleh kebencian yang sama dalamnya. Kebencian yang tumbuh dari rahasia yang terkubur lama, rahasia yang kini menganga seperti luka yang tak pernah sembuh.

Kilatan ingatan menyambar benak Lin Mei. Malam pembantaian di Klan Lin. Api yang membara, teriakan putus asa, dan wajah ayah yang penuh amarah sebelum akhirnya tumbang… Semua itu, SEMUA ITU, dilakukan oleh Zhang Wei, atau lebih tepatnya, oleh ayahnya, yang diperintahkannya.

"Kau tahu kebenaran, Wei," desis Lin Mei, air mata membeku di pipinya. "Kau tahu siapa yang membunuh ayahku. Klanmu! Ayahmu!"

Zhang Wei akhirnya membuka suara, suaranya dingin dan datar. "Ayahku melakukan apa yang harus dia lakukan. Klan Lin adalah ancaman."

"ANCAMAN?!" Lin Mei tertawa getir. "Ancaman bagi apa? Keserakahan dan kekuasaanmu?!"

Tangannya mengepal erat, mencengkeram gagang belati peraknya. Belati yang sama yang pernah ia hadiahkan pada Zhang Wei, sebagai tanda cinta mereka. Kini, belati itu akan menjadi saksi bisu pembalasan dendamnya.

"Aku mencintaimu, Mei," ucap Zhang Wei, nada suaranya sedikit melembut. "Aku selalu mencintaimu."

"Cinta? CINTA KATAMU?! Cintamu adalah abu! Janji-janji kita adalah debu yang tertiup angin!" Lin Mei meraung, matanya berkilat penuh amarah. "Aku bersumpah di depan langit dan bumi, aku akan membalas dendam atas kematian ayahku. Aku akan membuatmu merasakan sakit yang sama, bahkan lebih!"

Dengan gerakan cepat dan mematikan, Lin Mei menyerang. Belati peraknya melesat ke arah Zhang Wei. Zhang Wei tidak menghindar. Ia hanya memejamkan mata, menerima takdirnya.


Malam itu, di puncak Gunung Tai, hanya ada salju, darah, dan aroma dupa yang memudar. Lin Mei berdiri di atas abu masa lalu mereka, wajahnya tenang namun dingin. Balas dendam telah terlaksana. Sakit hatinya tidak hilang, tapi setidaknya, keadilan telah ditegakkan.

Ia menatap langit yang mulai menyingsing. Cahaya baru menyapa dunia, tapi di hatinya, hanya ada kegelapan.

Lalu, dari balik bayangan, muncul sosok lain. Seorang pria tua dengan jubah hitam, matanya menyiratkan kengerian yang tak terbayangkan. Ia tersenyum tipis, lalu berbisik: "Kini… giliranmu, Lin Mei. Dendam selalu memiliki harga…"

Dan harga itu jauh lebih mengerikan daripada kematian.

You Might Also Like: Flying Money Fast Cash Quick Profits

Post a Comment

Previous Post Next Post