Dracin Terbaru: Air Mata Yang Menjadi Penutup Kisah



Air Mata yang Menjadi Penutup Kisah

Notifikasi berkedip. Cahaya ponsel memantul di matanya yang sembab, membias seperti tetesan hujan di jendela apartemennya. Hujan kota malam ini terasa begitu personal, seolah langit ikut menangisi kenangan yang terpatri dalam benaknya. Aroma kopi pahit mengepul di sampingnya, tak mampu menghangatkan hatinya yang membeku.

Dulu, notifikasi itu adalah kebahagiaan. Setiap pesan darinya, bagai kembang api yang meledak di hatinya. Sekarang, hanya sisa-sisa chat tak terkirim yang memenuhi layarnya. Kata-kata yang dulu begitu mudah mengalir, kini membeku di ujung jarinya, tak mampu diungkapkan.

Mereka bertemu di dunia maya, di antara algoritma dan like tak bermakna. Cinta mereka tumbuh di antara mimpi dan janji yang terdengar begitu indah saat diucapkan. Sebuah dunia paralel di mana mereka bisa menjadi diri sendiri, tanpa topeng dan tanpa prasangka. Namun, dunia itu runtuh secepat saat dibangun.

Kehilangan itu terasa samar, seperti kabut yang perlahan menyelimuti kota. Tidak ada pertengkaran hebat, tidak ada kata putus yang jelas. Hanya keheningan yang semakin memekakkan telinga, dan jarak yang semakin membentang. Ada sesuatu yang menggantung di udara, sebuah misteri yang belum terpecahkan.

Sarah menatap fotonya, foto mereka yang dulu diambil dengan senyum merekah. Siapa sangka, senyum itu kini terasa seperti belati yang menghunus hatinya. Kenapa semua harus berakhir seperti ini? Kenapa ia menghilang tanpa jejak?

Kemudian, sebuah notifikasi muncul. Bukan darinya. Melainkan dari seorang teman, mengirimkan sebuah artikel berita. Jantung Sarah berdebar kencang. Artikel itu tentang sebuah skandal perusahaan, tentang penggelapan dana dan kebohongan yang terungkap. Dan di sana, terpampang jelas wajahnya. Wajah pria yang dicintainya.

Rahasia itu akhirnya terungkap. Ia bukanlah pria yang selama ini dibayangkannya. Ia adalah seorang penipu, seorang pembohong yang bersembunyi di balik senyum manis dan kata-kata indah. Cinta yang ia berikan, hanyalah kebohongan belaka.

Air mata Sarah jatuh, bukan lagi air mata kesedihan, melainkan air mata kemarahan. Ia merasa dikhianati, dipermainkan. Tetapi, di balik kemarahan itu, muncul sebuah kekuatan baru. Ia tidak akan membiarkan dirinya terpuruk dalam kesedihan.

Sarah mengambil napas dalam-dalam. Ia membuka aplikasi chat. Jarinya menari di atas layar, menulis sebuah pesan terakhir. Bukan pesan amarah, bukan pesan ratapan. Melainkan pesan yang sederhana, elegan, dan mematikan.

Ia mengirimkan pesan itu, lalu memblokir kontaknya. Ia berdiri dari kursinya, menatap pantulan dirinya di jendela. Senyum tipis menghiasi bibirnya. Senyum terakhir.

Ia memutuskan untuk melangkah maju, meninggalkan semua kenangan pahit di belakangnya. Ia tidak akan membalas dendam dengan teriakan dan makian. Balas dendamnya adalah kebahagiaannya sendiri. Balas dendamnya adalah kesuksesannya sendiri.

Pesan terakhir yang ia kirim berbunyi: "Aku tahu."

Dan seperti itulah, kisah mereka berakhir. Tidak ada ledakan, tidak ada drama. Hanya sebuah keheningan yang panjang.

Sarah berbalik, meninggalkan apartemennya. Di luar, hujan masih turun. Tapi kali ini, ia tidak merasa sedih. Ia merasa bebas.

Ia melangkah menuju masa depannya, meninggalkan masa lalunya yang kelam.

...Namun, apakah "tahu" yang dimaksud Sarah? Apakah ia tahu seluruh kebenarannya, atau hanya sebagian? Pertanyaan itu, akan selamanya menggantung di benak kita, seperti aroma kopi yang tertinggal di udara setelah cangkir itu kosong.

You Might Also Like: Wajib Baca Pelukan Yang Menyembunyikan

Post a Comment

Previous Post Next Post